Selamat Datang

Halo ini jaringan web saya. Saya sedang mencoba menampilkan semua profil diri saya pada semua website, blog ataupun layanan lainnya yang berbasis website.

Thursday, April 9, 2009

The Question About Destiny

As Always, in every time, pikiran gue tak pernah lepas mempertanyakan hal-hal yang berkenaan dengan takdir, pilihan hidup maupun kodrat! Serta mungkin mengenai peran seseorang di dunia ini.
Oke, gue memang bukan seorang ulama, atau filsuf atau juga sufi yang mungkin akan dengan mudah menjawab hal-hal yang bagi gue sangat berat. As a Moslem, I belief, maybe only The One God, who has know about takdir, dan sebagai manusia gue atau mungkin elo atau juga kita takkan sanggup membuka tabir sandiwara berikutnya, seperti sebuah scenario yang panjang, kita tidak akan mampu menebak scene apa yang akan kita mainkan yang tahu hanya seorang sutradara, is it right? Absolutely
Gue disini Cuma ya… mengartikulasikan pikiran gue ke sesuatu yang lebih nyata, to being something real. Dan itu selain dari pada sebuah takdir, bisa jadi kodrat, bisa jadi sebuah pilihan hidup, atau bisa juga kompilasi dari keduanya. Are you ready!

Oke, apa yang telah kita pelajari dari isi dunia ini? dari sebuah kehidupan yang bagaikan dua sisi mata uang, ada yang bilang indah, tak sedikit yang bilang kejam. Tentu jawabannya adalah normalitas, atau sesuatu yang seharusnya terjadi, jarang kita, atau generasi sebelum kita diajari tentang abnormalitas, semua orang sepertinya menghindari hal itu.
Akan sangat memalukan mungkin ketika dalam suatu keluarga ada salah satu anggotanya yang pincang, atau mengalami kekerdilan, atau juga memiliki preferensi seksual yang menyimpang. Itu akan disebut aib. Kebanyakan orang akan berusaha menyangkal dan menganggap itu hanya ujian. Tapi dalam hati siapa tahu, ia mungkin akan menjerit. Itu belum seberapa, jika dibandingkan dengan siksaan berikutnya, pengucilan dari lingkungan sekitar, orang-orang abnormal itu mungkin akan sangat sakit hati ketika tahu teman-temannya selama ini hanya berpura-pura menerima apa adanya, padahal dalam hati mungkin mereka malu punya teman abnormal. Ia akan dihindari, dipandang rendah, hak-haknya sebagai manusia mungkin akan dicabut! Dan gue yakin banget kalo hal seperti itu sangat menyakitkan!
Dalam kasus yang lain, kita ambil contoh kehidupan yang paling nyata dalam hidup, kita mungkin selalu diajari seperti ini, seorang anak sampai remaja haruslah bermain, belajar dan berteman. Kemudian setelah dewasa menikah, punya anak, punya cucu dan yang terakhir meninggal. Dan yang menjadi masalah disini adalah apakah memang hanya itu satu-satunya pilihan yang telah digariskan tuhan, apakah tidak ada alternative lain. Kalau memang sedemikian adanya berarti, hidup ini begitu sempit. Padahal gue pikir dunia ini, baik secara riil mapun kehidupan, sangat luas. Kalau secara riil, mungkin ya, globalisasi telah menjadikan dunia ini begitu kecil, tapi tidak dalam kehidupan. Bukankah tuhan membebaskan hambanya berbuat apa saja asalkan ia harus mempertanggungjawabkannya nanti di akhirat.
Jadi tak masalah bukan kalau kemudian nantinya ada seseorang yang tidak menikah, lebih memilih jalan hidup lain diluar pelajaran yang telah kita pelajari. Apakah setiap orang harus menikah, punya anak, punya istri? Atau yang lebih ekstrim lagi, apakah setiap orang harus mencintai lawan jenis. That’s only the question about the destiny. Don’t think about it too far. Oke…

No comments:

Post a Comment